Rabu, 01 September 2010

Masquerade Tales - A far away fairy tale kingdom does exists

Chapter 1
-Opening-
*Tap tap tap!*
    Terdengar suara larian terburu-buru dari sebuah lorong besar yang cukup panjang meski sederhana. Suara itu menimbulkan gema kecil yang tidak mengganggu si asal suara.

“Tunggu! Ta!”
    Panggil seorang gadis berambut violet muda lembut, dengan potongan diatas bahu dan model yang imut. Gadis itu mengenakan baju jubah panjang, dan membawa tongkat warna senada yang bercahaya putih. Sepatunya seperti boots violet muda juga namun terlihat nyaman dan ringan. Matanya yang juga berwarna serupa selalu menatap lembut.

    Gadis itu jelas terlihat sedang mengejar seseorang sambil menyerukan nama orang itu berulang kali. Ia mulai kesal menyadari orang yang dikejar dan dipanggilnya, entah benar tidak mendengar, atau hanya tidak perduli.

“Stop… *hosh* it… you… dammit… *hosh*…”
 

Suaranya memelan sesaat sebelum ia berhenti berlari dan mengumpulkan tenaga.
 

“TATA!!!” teriaknya menggelegar.

*Tap!*
    Detik itu juga gadis yang sedari tadi dipanggil berhenti agak menghentak dan menengok. Rambutnya yang coklat hazel tua panjang sepinggang, terikat rapih namun kendur di punggung bawah bahu, melambai sedikit. Ia mengenakan baju biru tua yang simple meski cukup kokoh. Kuat namun tidak terlihat sekeras dan seberat baju tempur biasa.

    Gadis itu tersenyum lembut menghadap temannya yang kini berdiri lemas, bertumpu pada lututnya karena lelah. Senyuman polos yang ia berikan benar-benar terlihat tidak berdosa.

“Napa Ren?” Tanya nya santai sambil berbalik.
 

“Sabar… dikit gila… lari cepet banget…!” Dumel temannya agak terengah.
 

“Gak bisa sabar! Gw lagi lu suruh sabar. Haha” Senyumnya senang.
 

“Slow dikit napa?” Protes temannya lebih lanjut.
 

“Susah tau! Today ‘they’ will be coming home! Ayolah! Aren’t you excited?”
 

“Iya, iya! Lu kira gw sabar? But just slow down a little will ya!”

    Si rambut coklat, Tata, terkekeh pelan dan menghampiri temannya, si rambut violet, Iren. Menepuk bahunya menyemangati, sebelum berjalan bersama dalam kecepatan lebih santai keluar lorong panjang itu, menuju keluar ‘rumah’.


------------------------------
 


“Mereka telat!” Omel Tata duduk di batu besar berwarna putih di depan rumah.
 

“Iya. Harusnya dah pada sampe nih…” Timpal Iren bingung.
 

“When they come, I’ll ki-…” Belum selesai berkata, omongan Tata dipotong Iren.
 

“Kiss him?” Seringai Iren menatap iseng.
 

“Yeah kiss-… Hey wait! What did you just say?!” Tata tersadar.
 

“Nothing~” Iren bersiul cuek melihat kearah langit biru.
 

“Geez…” Gumam Tata menunduk.

*Whuuzz…!* 

“There they are!” Seru Iren girang.
    Tata melihat kearah tunjukan Iren, dan mendapati beberapa orang bersayap putih terbang mendekat. Sebelum akhirnya mendekat kearah mereka berdua menunggu.

*Trep…!*
    Empat orang lelaki mendarat bersamaan. Seorang diantara mereka segera menghampiri Iren, sedangkan tiga orang yang lain ‘melepas’ sayap mereka menjadi cahaya putih, yang partikelnya kemudian masuk ke dalam kantung celana masing-masing.

“Yank!” Panggil Iren pada yang menghampirinya.
 

“Aku pulang” Balas orang itu, Denis.

“Tata! Papi mu tuh! Masa tadi mami di biarin dikejar momon!”
    Omel seorang lagi menghampiri Tata. Dilihat dari sudut manapun, ia adalah lelaki yang mengenakan setelan baju berwarna merah biru dan topi besar, yang menutupi rambutnya yang berwarna keperakan. Meski begitu, ia menyebut dirinya sendiri sebagai mami. Ia mengatakan itu sembari menunjuk lelaki lain yang mengenakan pakaian tempur berwarna hitam kecoklatan, berambut kuning tua, dan membawa pedang besar yang keren.

“Woloh si mami ngambek. Maaf deh hahaha” Tawa ‘papi’ santai.
 

“Papi gak bener! Mami minta bayar ganti darts!” Si ‘mami’ menjulurkan tangannya.
 

“Uang bulanan udah kan?” Bela si ‘papi’.

    Tata hanya mengamati pertengkaran mereka sambil terkekeh. Ia lalu melihat kearah seorang lagi yang mengenakan baju biru tempur juga. Namun berbeda model dengan yang ia kenakan. Pedangnya berwarna biru tua simple namun tetap terlihat kuat dan keren. Rambutnya juga berwarna biru tua dan agak acak. Ia ikut menonton pertengkaran kecil itu.

“Gimana latihannya koko aril?” Sapa Tata.
 

“Koko lagi… Terserahlah… Lumayan” Jawab Aril singkat menikmati tontonan konyol


“Ril! Bantuin mami! Masa papimu gak mo ngasih duit darts?!” Mami menyeret Aril ikut.


“Walah… Ril! Kan papi dah kasih bulanan! Masa mami nagih lagi!” Papi membela diri.
 

“Aduh kok diseret gini sih jadinya?! Mami Jordy! Papi Jhiraiiya! Let me go!”

    Tata akhirnya berjalan menjauhi mereka sebelum ikut terseret kedalam masalah. Ia tertawa kecil sebelum lalu kembali melihat sekitar. Ia celingukan mencari seseorang. Wajah dan gerak-geriknya mulai terlihat khawatir.

*Puk*
“Tata…”
    Tepukan yang familier dan suara itu membuat Tata lega dalam sekejab. Ia tersenyum menatap lelaki di belakangnya sambil menghadap balik.

“Edo” Panggilnya.
 

“Miss me?” Tanya Edo disertai seringaian.
 

“Nggak ada pertanyaan lain apa?” Tawa Tata.
 

“Nggak tuh. Wkwk” Edo ikut tertawa.
 

“You haven’t change a bit huh?” Tata tersenyum menatapnya.
 

“Maksud? Masa gak berubah? Aku dah ganti armor nih! Liat LnD” Ucapnya bangga.
 

“Ah ya bener juga. Slamat deh. Aku kesusul deh. Tapi armor sama” Tata berujar.
 

“Hehehe…” Edo tersenyum puas.

"Ngomong-ngomong do, kamu kok nyampenya telat?" Tata menengglengkan kepalanya bingung.

 "Oh... Itu..." Edo menggumam pelan.


    Edo lalu terlihat menggaruk belakang kepalanya dengan ekspresi bingung. Ia melirik kearah saku celananya, tempat inventory. Tata yang merasa aneh melihat gelagatnya jadi curiga. Ia pun melihat kearah saku celana edo, yang ternyata agak menghitam.


"Itu kenapa do...?" tanyanya bingung.

    
    Belum sempat Edo menjawab, mami Jordy datang dan menjawab menggantikannya.


"Itu angus ta. Masa si edo nempa garielnya ke +7. Jadi kebakar deh. Terus pas dia pake malah kepanasan jadi dilepas terus dia jatoh ke hutan di bawah. Abis itu mo di masukin invent juga kantongnya angus dulu. Terus dia jalan deh makanya lama nyampenya" Jelas mami Jordy santai akan kebodohan edo.

"Hehehe... Begitulah..." Edo menepuk-nepuk sakunya.

"Dasar jenius.. wkwk" Tata tertawa melihat kebodohannya.

"Eh do, ta, yang lain dah pada masuk tuh. Kita juga yuk. Katanya dah disiapin Iren makanan~" Ajak mami Jordy.


    Tata hanya mengangguk. Mereka bertiga pun memasuki ke 'rumah' mereka. Kastil kecil dari kerajaan Masquerade...


------------------------------


    Terlihat sebuah ruangan besar yang sederhana namun cukup megah. Segulung karpet merah yang tergelar vertikal menyebrangi ruangan memberi kesan resmi. Meja besar kayu ek di tengah ruangan membuatnya cocok untuk ruang rapat kerajaan. Jajaran bangku yang mengelilingi meja itu terlihat kokoh namun nyaman.


    Meski begitu, meja itu ditata dengan peralatan makan. Sebuah piring, sendok, garpu, gelas, bagi tiap bangku yang ada. Menghilangkan kesan resmi meja rapat dan menimbulkan suasana kebersamaan.

*Tap... Tap...*
    Terdengar langkah kaki memasuki ruangan. Sesosok lelaki muda dengan baju putih bersih seperti jubah mirip Iren. Rambutnya yang berwarna putih kebiruan terlihat lembut. Matanya juga berwarna biru muda, menatap meja besar itu. Ia membawa dua mangkuk besar ditangannya, yang sepertinya berisi makanan. Ia meletakkannya di tengah meja, dan kembali keluar ruangan mengambil beberapa mangkuk lain dengan isi berbeda. Dan terus dilakukannya hingga ada banyak mangkuk besar diatas meja.


"Fiuh..."
    Ia menghela napas puas menatap meja yang selesai ia tata. Baru saja ia hendak keluar dari ruangan itu, saat tiba-tiba pintu ruangan besar itu terbuka dan menimbulkan suara.


*Greeek...*

"Hei dede Light" Panggil Tata.

"Makanan dah siap ci" Jawab lelaki muda itu, Light, sambil tersenyum.

"Thanks. Yang lain bakal datang any moment by now..." Gumam Tata sambil menengok kearah pintu.


    Tepat setelah kalimat Tata berakhir, semuanya, Iren, Denis, Jordy, Jhiraiiya, Aril, dan Edo memasuki ruangan. Mereka lalu mengambil tempat masing-masing di meja besar itu. Duduk senyaman mungkin, dan mulai menatap kelaparan kearah makanan yang ada. Tata dan Light pun turut serta mengambil tempat duduk mereka yang biasa.


"This is cool..." Gumam Edo menatap kelaparan kearah mangkuk-mangkuk besar berisi makanan.

"Rasanya dah lama gak makan enak..." Timpal Aril mengangkat sendok dan garpunya.

"Selama latihan yang kita makan cuma makanan ga jelas seadanya buatan mami..." Papi jhi meratap.

"Heh! Dah bagus kalian gak mati kelaparan!" Omel Jordy.

"Tapi malah sekarat keracunan..." Denis berbisik dengan muka sedikit pucat.


    Yang lain terlihat menahan tawa. Sementara Jordy sendiri ikut tertawa karena mengakui, makanan buatannya memang mematikan. Karena berhasil membuat yang lain sakit perut di hari pertama. Akhirnya mereka hanya membakar ikan selama 3 bulan. Ditambah beberapa makanan lain yang kalau sedang hoqi rasanya lumayan.


    Setelah bercanda sebentar, mereka berdoa bersama sesuai kepercayaan masing-masing, dan mulai mengincar makanan yang ada di mangkuk berbeda.


"Light ini kamu semua yang masak?" Tanya Tata.

"Enggak kok ci. Ci Iren yang masak. Aku bantu-bantu doang" Light tersenyum manis.

"Wetz. Chef Iren dan asisten Light. Pasti enak nih" Lanjut Tata.

"Monggo di makan~" Iren mempersilahkan.


"Wihiii... Favorit q" Cengir Edo mengambil sebuah mangkuk.

"Hey! Gimme that Piya Chicken Wing!" Mami merebutnya dari Edo.

"Eh! Belom selesai ngambil!" Edo menariknya balik.

"Wah enak nih..." Dengan polos dan santainya Jhi menyomot dari mangkuk yang sedang direbutkan.

"Papi ambil yang paling gede!" Jerit Mami.

*Glek!*

"Too late..." Edo melemas sambil mengambil sisa Piya Chicken Wing ukuran sedang.


"Ya ampun... Kayak makanannya itu doang..." Tata menghela napasnya menahan tawa.

"Waktu latihan juga mereka begitu" Ucap Aril santai dan menyendok Sup Brokoli Afro.

Ia lalu menimbang-nimbang mangkuknya sebentar sebelum menyodorkannya pada Tata.

"Mau?" Tanyanya singkat.

"Err... Ga deh thanks. Gak suka brokoli" Tata menolak.

Aril pun mengoper mangkuk itu ke Denis yang menerima dengan senang hati dan melahapnya.

"Kalo ini suka ga?" Tawar Edo yang duduk disebelah Tata.

"Nyem... My favorite Holy Cow Tenderloin Steak" Tata mengambilnya dan langsung hendak menyantapnya.

"Ee... Tunggu tal! Itu-..."

*Hap! Glek*

"Aduh aku telat..." Edo menggeleng putus asa sambil mengambil segelas Bubble Dragon Soda.

"PEDEEEES!!!" Dengan kelabakan Tata mengambil Bubble Dragon Soda dari tangan Edo dan menenggaknya.

"Kan dah kubilang tunggu... Itu bukan Holy Cow Tenderloin Steak... Tapi Mad Holy Cow Spicy Steak..."

"Fiuhh... Lega abis minum... Tapi kok enak..." Tata menatap curiga steak yang ia cicipi.

"Abisin lah kalo enak"


"Ini Crab Saos Padang cangkangnya keras banget..." Gerutu papi Jhi menusuk-nusuknya dengan pisau.

"Sini mam bukain" Ucap mami Jordy mengeluarkan Spike Daggernya dari saku.

"Woloh gila mam tar mejanya ikut kebelah lagi!"

"Udah tenang aja..."


"Sayurnya enak-enak..." Gumam Denis sambil memakan Mushroom Boy Cream Soup.

"Iya. Coba nih Moo Moo Salad. Enak" Tawar Aril.

Denis menerimanya dan mencicipinya.

"Bener enak!" Ia pun memakannya dengan lahap.

"Pake ini deh. Queen Mushroom Sauce"

"Thanks!"

Mereka berdua makan dengan santai dan tenang.


"Semua keliatan seneng ya ci?" Ujar Light pada Iren.

"Seneng dan brutal. Agak liar... Yaa begitulah" Iren tertawa pelan.

"Hehe. Yang penting semua seneng kan?"

Light lalu mengangkat segelas Nixie Cocktail yang sama dengan yang sedari tadi di pegang Iren.

"Cheers"

*Kling*

Suara gelas beling dibenturkan pelan. Merekapun meminumnya. Namun mendadak Iren berhenti meminum.

"Hei Light. Memangnya kamu udah cukup umur?"

"Tenang. Cuma segelas..." Cengir Light santai.


*BRUAK!!!*
    Mendadak terdengar hantaman keras pada ujung meja tempat duduk Jordy dan Jhiraiiya. Juga menggetarkan keras meja itu, dan menyita perhatian semuanya.


    Terlihat jelas pedang besar GS of Spike.G+7 elemen kayu yang tak lain adalah milik Jhiraiiya, menancap menembus Crab malang itu, hingga memecahkan piring tempat ia 'tertidur' dan membuat ujung meja somplak.


"Wew... Over powered..." Gumam Jhi tak berdosa.

"Papi sih! Di bilang mami aja yang motong!" Seru Jordy meredam tawa.

"Hehehe..."

"Jhi... Perbaikin mejanya ya......" Terdengar suara Tata berbisik pelan.

*Glek...!*

"I... Iya Ta..." Suara Jhi menciut.


    Efek horor-ic yang dibuat Tata berhasil meledakkan tawa di ruangan dan mengakhiri 'pesta' kecil malam kepulangan teman-teman mereka.



-Chapter 1, end-

4 komentar: